Oops! It appears that you have disabled your Javascript. In order for you to see this page as it is meant to appear, we ask that you please re-enable your Javascript!

Naskah Kuno Kraton Yogyakarta Jendela Budaya Jawa

DutaWisata.Co.Id, Yogyakarta - Sultan Hamengku Buwono VI merupakan tokoh yang memiliki sifat jauh lebih baik dari Napoleon Bonaparte. Sedang persepsi orang Jawa tentang pemimpin Prancis tersebut sangat dipengaruhi sudut pandang masyarakat. Paling tidak, hal tersebut yang terungkap dalam manuskrip Serat Napuliyun karya Sultan HB VI.

Penjabaran karya tersebut disampaikan Prof Djoko Marihandono dari Universitas Indonesia (UI) dengan judul ‘Persepsi Orang Jawa tentang Napoleon Bonaparte berdasarkan Manuskrip Serat Napuliyun Karya Hamengku Buwono VI’, dalam Simposium Budaya Jawa dan Naskah Kraton Yogyakarta sebagai salah satu rangkaian Mangayubagya 30 Tahun Sri Sultan Hamengku Buwono X Bertahta di Kasultanan Ballroom Royal Ambarrukmo Hotel Yogyakarta, Selasa (5/3).

“Manuskrip tersebut ditulis menggunakan aksara Jawa, ada yang berbentuk sekar serta ada pula berbentuk novel,” tutur Djoko. Serat Napuliyun menjadi koleksi Perpustakaan Widya Budaya Kraton Yogyakarta. Naskah ini cukup fenomenal karena mampu menceritakan cukup rinci sosok Napoleon Bonaparte hingga akhir hayat. Sejarawan Peter Carey yang mengulas tema The British Attack on
Yogyakarta and The Moral Collapse of The Javanese - The Viewpoint of Pangeran Aria Panular (1770-1826) banyak merujuk pada Babad Bedhah In Ngayogyakarta (1812-1816) karya Pangeran Aria Panular.

Karya tersebut menceritakan peristiwa penyerbuan Inggris dibantu tentara India (Sepoy) yang dikenal sebagai peristiwa Geger Sepei pada pagi buta Sabtu, 20 Juni 1812. Penyerbuan dua jam, sejak 05.30-07.30 tersebut mampu memporakporandakan Kraton Yogyakarta serta mengubah peta politik pada masa pemerintahan Sultan HB II.

Simposium yang digelar hingga Rabu (6/3) hari ini, juga menghadirkan sejarawan Anhar Gonggong yang menyoroti masa kolonial Inggris di Indonesia, Hazmirullah Aminuddin (Unpad) berbicara tentang Thomas Stamford Rafflesh dan pembicara lainnya.

Panitia simposium yang juga putri keempat Ngarsa Dalem Sultan HB X, GKR Hayu mengatakan, kegiatan ini juga sebagai bentuk tindaklanjut pengembalian 75 naskah kuno Kraton Yogyakarta dari British Library Inggris dalam bentuk digital. Akibat Geger Sepei, ada 7.000 naskah kuno Kraton Yogyakarta yang dirampas dan kemudian dibawa ke Inggris. Bahkan, ada satu kapal pembawa naskah tersebut yang karam sehingga dipastikan naskah tersebut tidak akan ditemukan dan kembali.

“Hanya ada tiga naskah yang tersisa ketika itu, Serat Suryaraja, Arjuna Wiwaha dan Kanjeng Kiai Alquran. Hal tersebut sangat mempengaruhi tradisi keilmuan di Kraton. Namun sebagai pusat kebudayaan, Kraton tetap memproduksi, reproduksi ilmu pengetahuan setelah mampu bangkit,” jelasnya.

Dengan kembalinya 75 naskah digital dalam bentuk serat, primbon, babad dan lainnya diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan bersumber dari Kraton Yogyakarta.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X menegaskan, manuskrip naskah kuno yang dikembalikan meski dalam bentuk digital akan memberi kontribusi nilai budaya Jawa untuk pengayaan budaya Nusantara. Naskah kuno merupakan sumber kehidupan sejarah dalam representasi sumber lokal yang otentik. ”Naskah kuno merupakan warisan
budaya bangsa sebagai cerminan pemikiran adat budaya. Ditemukannya naskah kuno membuktikan sejak lama Indonesia telah mengenal dan menjalani budaya literasi,” sebut Ngarsa Dalem.

Selain simposium, juga ditampilkan karya kuno Beksan Jebeng Yasan Dalem Sultan HB I. Puncak rangkaian peringatan 30 Tahun Sri Sultan Hamengku Buwono X Bertahta ditandai Pameran Naskah Kraton Yogyakarta di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran Kraton Yogyakarta yang dibuka Kamis (7/3) malam. Pameran berlangsung hingga 7 April mengangkat tema ‘Merangkai Jejak Peradaban Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat’. Berbagai koleksi, seperti fisik naskah warisan Sultan HB V berupa serat, babad dan catatan warna-warni serta teks lainnya dari koleksi KHP Kridha Mardawa akan ditampilkan.

Sumber: Kedaulatan Rakyat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *