Bukit Girilangan Gumelem Sejarah Yang Terlupakan
(2737 Views) April 3, 2016 4:35 am | Published by admin | No commentDutaWisata.Co.Id, Banjarnegara - Masyarakat Desa Gumelem, Kecamatan Susukan ternyata sangat bangga akan kekayaan dan keindahan alamnya, panorama yang menghiasi suasana desa menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang dari luar desa. Dari sekian banyak lokasi dan obyek yang dapat dijadikan wisata beserta cerita-cerita yang berkembang . Di Desa Gumelem terdapat salah satu bukit panorama yang dinamakan Lembah Girilangan. Ketinggian Puncak bukit memang tidak terlalu tinggi, namun dapat dirasakan kesejukan serta dapat menikmati keindahan panorama alam disekililingnya, di puncak bukit Girilangan terdapat peninggalan kuno dan mempunyai nilai sejarah tinggi yang dibangun sekitar abad 16 yaitu sebuah bangunan kuno yang terbuat dari kayu yang berbentuk cungkub atau makam serta tumpukan bata merah yang tertata rapi guna melindungi sebuah makam dari seorang yang Kharismatik di masa kejayaan Kerajaan Mataram , yaitu Ki Ageng Giring.
Ki Ageng Giring yang juga bergelar Ki Ageng Penderesan, bukanlah penduduk asli Desa Gumelem dia adalah seorang pembesar yang datang dari keluarga Kerajaan Mataram. Perjalanan Ki Ageng Giring hingga sampai di Gumelem ternyata banyak mengalami kendala dan halangan serta ujian dari yang Kuasa namun dengan bekal keimanan yang kuat wilayah demi wilayah dilaluinya disetiap atau dimana Ki Ageng Giring tinggal pastilah Ki Ageng Giring meninggalkan jejak atau petilasan yang hingga saat ini dapat terlihat di Dukuh Bogem Desa Salamerta yang merupakan makam anaknya yang bernama Nawangsasi, di Dukuh Kramat Desa Dermasari terdapat petilasan yang di gunakan untuk menenangkan diri guna memohon petunjuk kepada yang Kuasa.
Berbeda dengan dukuh, dusun, dan desa desa lain yang dilalui Ki Ageng Giring dalam usahanya mensyiarkan ajaran Islam , Desa Gumelem nampaknya wilayah yang paling berarti bagi Ki Ageng Giring.
Ketika itu ki ageng giring beserta pengikut pengikutnya akan menempuh perjalanan dari Kramat Dermasari ke dukuh giring gunung kidul namun di dukuh Karang Lewas Ki Ageng Giring wafat karena usianya yang sudah sepuh. Sebelum meninggal beliau berpesan, beliau ingin dimakamkan di tempat yang tinggi atau di atas bukit.
Dengan rasa hormat, para pengikutnya memandikan jenazah Ki Ageng Giring di sumur Wringin Mbeji Desa Gumelem Kulon serta membuat keranda untuk membawa jenazah meneruskan perjalanan ke Dukuh Giring di wilayah Kabupaten Gunung kidul. Dalam perjalanan menuju ke sebuah tempat yang telah ditentukan para pengikut Ki Ageng Giring juga dihadapkan oleh beberapa peristiwa yang mengejutkan hal ini memang Ki Ageng Giring memiliki kelebihan atau kesaktian dalam masa hidupnya. Pengikut atau santri Ki Ageng Giring adalah manusia biasa yang punya kemampuan sangat terbatas sehingga di suatu tempat di kaki Gunung Wuluh karena kelelahan , keranda yang digunakan untuk membawa jenazah Ki Ageng Giring pun diletakan di atas tanah, karena makin lama makin berat, tidak selang berapa lama juga tanah yang menjadi tempat landasan keranda juga lama kelamaan menurun ( ambles ) atau mendek. Dibukalah keranda jenazah Ki Ageng Giring. Seluruh pengikutnya yang setia bersama Ki Ageng Giring menjadi kaget dan bingung karena jenazah Ki Ageng Giring ternyata tidak ada lagi di dalam keranda atau hilang. Dalam kebingungan, seluruh pengikut Ki Ageng Giring memohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa sehingga seluruh pengikutnya dan santrinya sepakat untuk memakamkan keranda Ki Ageng Giring di sebuah bukit.
Untuk menandai keranda jenazah Ki Ageng Giring dimakamkan ,masyarakat Desa Gumelem dan sekitarnya menamakan Bukit Girilangan, dengan arti kata Ki Ageng Giring hilang. Dan lokasi tanah yang mendek hingga saat ini dikenal oleh masyarakat adalah Lemah Mendek. Bukit Girilangan kian menjadi indah. Makam Ki Ageng Giring pun makin banyak yang mengunjungi atau berziarah, ini dapat menjadi bukti bahwa Ki Ageng Giring adalah seorang yang di masa hidupnya mempunyai karisma dan kewibawaan yang tinggi. Hingga pada jamanya juga ,Raja Mataram R.Sutawijaya yang bergelar di Panembahan Senopati Ing Alogo Panotogomo juga mengutus saudaranya yang bernama Ki Udhakusuma untuk merawat Makam Ki Ageng Giring di Bukit Girilangan.
Sebagai utusan seorang raja yang akhirnya juga menjadi Demang Pertama di Gumelem, dalam usahanya merawat Makam Ki Ageng Giring di Girilangan adalah dengan membangun sebuah cungkub di sekitar tahun 1816 masehi di lanjurtkan dengan membuat sebuah pagar keliling dari tumpukan bata merah dan sebuah Gapura di depan cungkub.
Rasa hormat, bakti terhadap kebesaran jiwa Ki Ageng Giring ternyata masih sangat kental dan melekat pada masyarakat Gumelem dan sekitarnya bahkan banyak sekali orang yang datang dari wilayah Kabupaten lain yang berziarah ke makam Ki Ageng Giring di Bukit Girilangan.
Cagar Budaya ini belum mendapatkan perhatian dan perawatan yang baik, oleh karena itu perlu langkah nyata melindunginya agar tetap terjaga. Perawatan masih swadaya oleh juru kunci dan warga, dan pengunjung yang melakukan ziarah ke Girilangan.
No comment for Bukit Girilangan Gumelem Sejarah Yang Terlupakan