ATF menjadi perhelatan kepariwisataan terbesar ASEAN. Saat itu seluruh pelaku dan stakeholders pariwisata (NTOs/National Tourism Office atau Pemerintah, industri wisata, dan asosiasi-asosiasi penerbangan, destinasi, pertemuan dan konvensi, perhotelan, restoran, dan unsur pariwisata lainnya) dari 10 negara anggota ASEAN hadir untuk mengikuti berbagai acara di antaranya pemberian penghargaan atau award.

Pemberian award dalam ajang ASEANTA Award for Excellence 2016 akan meliputi 6 kategori yakni sebagai; Best ASEAN Travel Article, Best ASEAN Tourism Photo, Best ASEAN Marketing & Promotional Campaign, Best ASEAN New Tourism Attraction, Best ASEAN Airline Programme, dan Best ASEAN Cultural Preservation Effort.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Mancanegara Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana mengatakan, ASEANTA merupakan komponen utama dalam ajang-ajang ATF karena organisasi yang berdiri sejak tahun 1971 menjadi penyelenggaranya. Biasanya para pemenang ajang di ATF tersebut diumumkan dalam puncak acara saat gala dinner “PadaASEANTA AWARDS 2016 dengan tagline Striving for Excellence dimaksudkan untuk mengapresiasi berbagai upaya terbaik dalam mendukung pertumbuhan pariwisata di kawasan ASEAN,” kata I Gde Pitana dalam Malam Penghargaan Kompetisi Branding Pariiwisata Indonesia di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, kantor Kementerian Pariwisata, Senin (30/11).

I Gde Pitana menjelaskan, sejak digelar ajang award pertama kali 28 tahun yang silam catatan kemenangan partisipan dari Indonesia boleh dikatakan memprihatinkan karena peserta dari Indonesia jumlahnya sedikit dan sporadis, padahal kalau melihat “modal” Indonesia di bidang pariwisata – dengan destinasi dan atraksi hebat yang tiada habis – seharusnya peluang Indonesia untuk meraih penghargaan di ajang tersebut jauh lebih besar.

Kemenpar sebagai NTO mewakili Pemerintah Indonesia di bidang pariwisata pada tahun mendatang berusaha ingin meraih award lebih banyak dari ajang pariwisata tingkat regional dalam ATF maupun tingkat global seperti ; PATA, ITB Berlin, UNWTO, WTM, dan ajang pariwisata lainnya dengan menggunakan tekad sederhana, seperti dalam pemikiran Menpar Arief Yahya: Untuk mencapai kemenangan harus direncanakan. Untuk itu mesti ada upaya sistematis, berstruktur, terukur, dan terkendali untuk meraih kemenangan yang diinginkan tersebut.

I Gde Pitana menjelaskan, strategi yang diterapkan untuk menuju hasil tersebut adalah dengan pendekatan “jemput-bola”. Selama ini sedikitnya peserta Indonesia di ajang seperti ASEANTA Awards karena pelaku pariwisata Indonesia kebanyakan tidak tahu adanya acara tersebut atau tahu tapi malas mengajukan diri karena proses administrasinya dipandang rumit.

Selain itu bisa juga mereka low profile atau lebih senang jalani bisnis ketimbang bersaing di ajang ASEANTA Awards. “Apapun alasannya Kemenpar berniat mengelola realitas tersebut secara positif guna mencapai hasil yang sesuai harapan kita. Upaya sistematis untuk itu maka dibuat panitia yang terdiri dari Steering Committee (SC) dan Organizing Committee (OC) yang bertugas menjaring dan menyeleksi karya-karya terbaik anak bangsa dari enam kategori yang diperlombakan di ASEANTA Awards 2016. Ini bisa dikatakan semacam kompetisi dalam me-branding Indonesia yang ber-tagline Wonderful Indonesia itu yaitu dengan memilih duta-duta terbaik guna mengibarkan panji Wonderful Indonesia di ajang internasional,” kata I Gde Pitana.

Penyelenggaraan acara Malam Penghargaan Kompetisi Branding Pariiwisata Indonesia tersebut dimaskudkan untuk mensosialisasikan ajang ASEANTA Awards ke masyarakat Indonesia dengan harapan; semakin banyak masyarakat tahu soal prestasi pelaku pariwisata Indonesia di ajang internasional (dengan meraih berbagai penghargaan), semakin antusias pelaku pariwisata Indonesia untuk maju di ajang lomba semacam ASEANTA Awards serta peluang mengukir prestasi dengan meraih award semakin besar